Membeladiri bukan untuk mencelakai lawan, namun Membeladiri dan menyelamatkan lawan

Amanat dari Raden Haji Ibrahim:
Jangan menyombongkan guru, lebih-lebih jangan menyombongkan diri sendiri mahir maenpo, Menunjukkannya di mana-mana, sebab dapat menimbulkan fitnah, menghina dan menjelek jelekan penca yang lain, Takabur, Ujub dan ria (sombong) dengan harapan disebut mahir maenpo atau ingin di takuti orang lain

Amanat dari Raden Obing Ibrahim:
Diingatkan kepada semua yang sedang belajar atau yang sudah belajar amengan (penca), janganlah sampai melanggar nasihat gurunya, seperti mencoba ilmu orang lain atau memamerkan gerakan di jalan atau di tempat umum, sebab hal demikian kurang pantas. Belajar amengan itu tidak ada akhirnya, selamanya kita belajar terus, berakhir hanya pada saat meninggal.

Pada waktu mencapai ilmu yang tinggi perilaku menjadi hati-hati dan waspada, apa yang terjadi dihadapi.

Sangat sulit untuk mengetahui siapa yang sudah tinggi ilmunya dan siapa yang masih rendah, sebab apa yang tampak , misalnya kebagusan ibing (tari penca) tidak dapat di jadikan patokan kemahiran penca.

Pada saat bersambung baru dapat di tentukan apakah seseorang itu lebih tinggi, sama, atau lebih rendah

Semua ameng (baik yang ada di tanah Sunda maupun yang berasal dari luar) tidak ada yang lebih bagus atau lebih jelek, sungguh semuanya biasa saja, menjadi jelek untuk yang masih bodoh , sedangkan bagi yang sudah mahir tetap bagus, jadi tidak tergantung ameng yang mana, melainkan pada kemahiran atau kebodohannya

R. Obing Ibrahim

“Padahal sadajana ameng oge henteu aja anoe langkoeng sae atanapi awon, estoe loembrah bae, awon soteh kanggo anoe masih bodo, da kanggo anoe parantos pinter mah tetep saena, teu goemantoeng kana ameng itoe ameng ieu. saha saha anoe kawon nawiskeun jen bodo keneh.”

Padahal semua maenan tidak ada yang lebih bagus atau lebih jelek, lumrah saja jelek buat yang masih bodoh. untuk yang sudah pintar tetap saja bagus, tidak tergantung pada permainannya. barang siapa yang kalah maka dia masih bodoh.